Minggu, 15 Juli 2012

Sosok Gubernur Jakarta di Era Tahun 1966 "Bang Ali" You're the best

BANG ALI
Jakarta sedang jadi trending topic, bukan soal Jakarta Fair yang penuh lautan manusia, bukan juga soal banjir atau masalah kemacetan. Kali ini beritanya tentang siapa yang akan menjadi pemimpin Jakarta (baca: Gubernur). Kemarin, D-day untuk pemilihan sudah dilakukan. Dan menurut hasil quick count, mungkin pemilihan akan menjadi 2 putaran, dengan kandidat menyisakan incumbent berkumis melawan kandidat yang biasanya memakai kemeja kotak-kotak atau batik.
Tulisan ini tidak akan bicara tentang Pilkada dan praktek politiknya, saya akan berbicara tentang legenda gubernur Jakarta yang mungkin orang hanya tahu namanya, tapi tak tahu cerita tentang beliau di masa kepemimpinannya.
Beliau bernama Ali Sadikin.
Ali Sadikin lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927, beliau juga seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut – sekarang Marinir) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, Ali Sadikin pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Sejak menjadi gubernur, Ali Sadikin akrab dipanggil dengan Bang Ali.
Bang Ali menjadi gubernur Jakarta sejak tahun 1966, konon Bang Ali dipilih oleh Soekarno karena sifat keras kepalanya. Bung Karno pernah berkata “Harus orang yang een beetje koppigheid (sedikit keras kepala) yang memimpin Jakarta, apalagi ndoro dan nyonya sudah tahu tidak boleh buang sampah sembarangan, tapi tetap menaruh sampah di pinggir jalan “, dari kata-kata Bung Karno bisa disimpulkan, Bang Ali adalah orang yang sangat disiplin.
 
Di hari pertama bekerja, Bang Ali mengetahui bahwa anggaran belanja Jakarta hanya 66 juta rupiah setahun. 1/3 hasil pungutan daerah dan 2/3nya subsidi. Bang Ali pernah berujar,
“Bagaimana mungkin saya melakukan pelayanan dan pembangunan. Ketika melihat kecil anggaran “.
Pada saat Bang Ali mulai menjadi gubernur, Jakarta saat itu berpenghuni kira-kira 3.6 juta, jumlahnya terus bertambah karena urbanisasi. 60 % warga Jakarta saat itu tinggal di kampung yg becek dan menyedihkan. Sanitasi sangat buruk, tidak ada fasilitas umum untuk kehidupan baik.
Bang Ali adalah orang yang keras, hal pertama yang dilakukan membentuk pola budaya kerja di antara pegawai Pemda sendiri. Sudah menjadi rahasia umum, sebagai gubernur Bang Ali tak segan memaki, berteriak, bahkan ada yang ditempeleng karena disiplin kerja yang buruk. Kata-kata yang menggelegar dengan makian, ‘sontoloyo’ dan ‘goblok’ menjadi ekspresi kekesalan beliau apabila beliau marah. Dan dengan gentleman beliau menulis di-disposisi, bahwa caranya itu ‘memang warisan nenek moyang’.
Di awal masa kepemimpinannya, Bang Ali sudah menginstruksikan dinas perpajakan kota belajar computer ke Belanda untuk agar bisa menaikkan pendapatan pajak. Motonya ’Service is money, money is tax‘ dan ‘no tax no service’. Bang Ali berkata, “Jangan rakyat mengharapkan dari saya jika tidak mau membayar pajak “. Bang Ali pun menggenjot pendapatan daerah dari pajak. Walau bukan pajak pribadi namun lewat pajak kepemilikan kendaraan bermotor sampai pajak berniaga. Bang Ali juga berani melegalkan judi. Dgn payung hukum, UU no 11/1957 yang memungkinkan Pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Ini terobosan untuk membangun Jakarta. Terlebih dengan anggaran tahunan yang hanya 66 juta rupiah dan selalu defisit setiap tahunnya. Dengan terobosannya ini, kelak ketika Bang Ali meninggalkan kursi Gubernur. Bang Ali mewariskan surplus kas sebesar 115 milyar rupiah.
Soal perjudian memang menarik, karena menimbulkan pro dan kontra. Yang pasti pada saat Bang Ali mulai menjabat saat itu di Jakarta ada beberapa tempat judi illegal dan dibeking oleh ABRI. Bang Ali berpendapat daripada gelap dan ilegal lebih baik judi dilegalkan dan uang pajaknya masuk ke kas Pemda . Bang Ali juga menegaskan judi hanya untuk masyarakat Cina yang sudah menganggap judi sebagai bagian dari budaya, juga untuk mereka yang bukan Islam dan orang asing. Ketika Bang Ali tahu banyak warga pribumi yang beragama Islam ikut main judi. Beliau sangat kesal sekali.
“kalau umat Islam ikut judi, artinya keIslaman orang itu yang bobrok, bukan Gubernurnya “ Kata Bang Ali.
Ketika dihujat, Bang Ali berkata,
“Ini tanggung jawab saya di akhirat. Saya akan bilang ke Tuhan ada 300 ribu anak yang tidak sekolah dan 3 juta warga yg miskin “,
Pada saat Bang Ali mulai menjabat, kondisi sekolah di Jakarta saat itu memang sangat memprihatinkan. Banyak sekolah dengan kondisi berlantai tanah dan dinding bambu, dengan meja dijejali sampai 5 orang murid. Selain itu kondisi kesehatan masyarakat di Jakarta juga sangat memprihatinkan. Dalam wawancaranya pernah Bang Ali mengatakan kondisi kesehatan masyarakat di awal era kepemimpinannya,
“Banyak ditemukan penyakit kusta di kota ini, bahkan anak anak dengan perut buncit, gusi merah dan mata melotot“,
Dengan uang pendapatan dari pajak judi Bang Ali membangun Jakarta. Untuk sekolah dihabiskan 20 milyar. Sampai tahun 1974. Sudah 700 gedung sekolah dibangun. Itu belum termasuk fasilitas sosial, puskesmas, perbaikan kampung, membeli bus-bus untuk transportasi, memperbaiki shelter. Untuk pembangunan jalan, menghabiskan biaya 17 milyar, hampir seperempat dari total pengeluaran pembangunan di Jakarta.
Tak berapa lama setelah menjadi gubernur, selama 2 hari Bang Ali keliling Jakarta naik bus. Beliau ikut merasakan kehujanan, kepanasan dan ikut berdesak-desakan dengan penumpang lain. Saat itu beliau tahu runyamnya transportasi Jakarta. Orang naik bus dimana saja, turun kapan saja, tidak ada terminal. Kemudian Bang Ali datang ke Bappenas minta anggaran untuk membeli bus. Dengan uang pinjaman dari USA akhirnya Jakarta bisa membeli 500 bus. Lalu dengan tambahan uang dari pajak judi ia membeli tambahan 2500 bus. Bang Ali juga mendirikan terminal Lapangan Banteng, Grogol, Cililitan, Blok M , Pulo Gadung dan banyak lagi. Juga shelter bus.
Dengan upgrade fasilitas yang ada, ada problem lain yang menghadang. Harga tarif angkutan bus tidak sesuai dan harus dinaikan. Bang Ali tahu bahwa kenaikan tariff pasti dan akan ditentang DPRD dan rakyat. Bang Ali tidak perduli, beliau berujar,
“kalau ingin fasilitas bagus, mesti bayar. Enak aja mau murah “,
Ada cerita lain tentang Bang Ali dan masalah transportasi. Pada suatu waktu, supir-supir bus pernah mengadu ke Bang Ali karena banyak oknum ABRI tidak mau membayar bus, para supir atau kondektur kerap dipukuli oknum tentara ketika mereka menagih ongkos. Menanggapi keluhan itu, Bang Ali menyanggupi dengan persyaratan. Para supir bus tidak boleh memuat penumpang lebih dari 50 orang setiap busnya. Kemudian Bang Ali lalu membuat surat kepada garnisun dan komandan POM ABRI, yang isinya mewajibkan semua ABRI yang naik bus harus membayar ongkos.
Bang Ali dikenal kejam pada tukang becak, beliau punya visi becak perlahan-lahan harus dihilangkan dari bumi Jakarta.
“ Saya tidak mau Jakarta kelak jadi seperti Calcuta, India “, kata-kata ini bukti dari kepemimpinan beliau yang visioner.
Bang Ali juga pernah bersama Komandan Polisi Jakarta, tiba-tiba melakukan razia bus dan menggiring puluhan bus dan oplet nakal masuk ke polda. Beliau memerintahkan dan mengatur oplet (sejenis angkot dijaman sekarang) untuk menjalani rute ke arah luar kota saja. Bang Ali berpendapat, Jakarta tidak boleh ada oplet. Bang Ali pun tak segan untuk turun langsung mengatur lalu lintas di dekat Sarinah. Saat banjir bahkan bajunya kotor terkena cipratan genangan air.
Salah satu peninggalan Bang Ali yang terkenal adalah proyek perbaikan kampung MHT – Mohamad Husni Thamrin. Kondisi kampung di Jakarta saat itu sangat buruk, tidak ada akses air bersih, tak ada jalan, MCK diempang-empang, pintu rumah berhadapan dg kakus. Tidak layak untuk manusia, dan tidak bagus untuk kota yang menjadi ibukota Negara. Bang Ali datang ke Bappenas tapi gagasannya ditolak karena menurut Pemerintah Pusat perbaikan kampung bukan prioritas. Bang Ali tak kehabisan akal, dengan uang dari pajak judi Bang Ali mulai menggarap lima daerah. Kampung Bali, Jawa, Pademangan, Keagungan dan Kartini. Lalu menyusul kampung lain. Perbaikan meliputi jalan-jalan untuk kendaraan, pembuatan jembatan, got, bak-bak sampah, fasilitas puskesmas, membangun sekolah.
Ada cerita menarik lagi tentang jiwa kepemimpinan Bang Ali. Suatu hari beliau kedatangan Adnan Buyung Nasution yang mendirikan LBH dan meminta dukungan. Oleh Pemda DKI LBH diberikan bantuan keuangan tanpa ikatan.
Alasan Bang Ali memberikan bantuan,
“Saya suka dikontrol, banyak masyarakat bawah yang buta hukum tapi butuh bantuan hukum “,
Pada kenyataannya ternyata Bang Ali sering jengkel dengan Adnan Buyung, mungkin yang ada di benak Bang Ali saat itu ‘sudah dibantu kok malah sering menggugat’.
Tapi Bang Ali berpikir, toh itu memang tugas LBH. Tanpa bantuan Bang Ali dimasa beliau berkuasa, LBH mungkin tak akan seperti sekarang. Bahkan sampai sekarang, salah satu bantuan Bang Ali pada LBH masih bisa dilihat, di parkir kantor LBH terdapat VW Combi dengan plat merah yang menjadi mobil operasional LBH dari jaman Bang Ali hingga sekarang.
Selain judi, Bang Ali yg melokalisasi WTS yakni di kawasan Kramat Tunggak. Waktu itu daerah Kramat Tunggak masih jauh dan terpencil. Sebelum ada lokalisasi Kramat Tunggak, banyak WTS yang berkeliaran di jalanan. Saat itu mereka berkeliling dengan becak sambil menjajakan dirinya (disebut becak komplit). Keputusannya melokalisasi WTS membuat Bang Ali diprotes ulama, dianggap legalkan prostitusi. Bang Ali tak bergeming, Bang Ali menganggap dengan lokalisasi maka WTS akan bisa diatur dan dikontrol dengan suntikan secara berkala.
Bang Ali meminta Ciputra melalui Yayasan Jaya Raya untuk membantu pendirian majalah Tempo, karena kelompok jurnalis ini memiliki potensi. Lucunya di nomor pertamanya sudah ‘menyentil’ Gubernur. Bang Ali berpendapat bahwa kritik diperlukan tapi kritik yang mengada ada saya lawan. Bang Ali tahu bahwa konsekuensi menjadi pejabat public adalah menghadapi kritik, dan Bang Ali selalu menganggap bahwa setiap kritik punya maksud baik. Ketika ada yang mengkritik soal judi. Bang Ali menganggap itu baik, agar jangan sampai Jakarta jadi kota maksiat.
“Saya dikritik jadi Gubernur judi, gubernur maksiat. Biar saja. Mereka tidak paham apa maksud saya “,
Ketika Bang Ali dikritik tentang night club, Bang Ali menanggapi,
“ Sebagai warga kota industri, dagang, jasa. Orang ada capeknya. Biar mereka menghibur diri “, beliau menambahkan,
“ Tidak mungkin 5 juta penduduk Jakarta semuanya malaikat semua “,
Di era kepemimpinan Bang Ali tidak hanya night club berdiri, Bang Ali kemudian membangun arena Pacuan Kuda, Balap Anjing dan Hailai yang pendiriannya diperuntukkan untuk lapisan masyarakat menengah keatas. Karena Bang Ali tahu, Jakarta sebagai kota metropolitan mempunyai masyarakat yang heterogen. Bang Ali menunjuk Alex Kawilarang mantan tokoh Permesta yang paham dengan urusan kuda untuk mengurus pacuan kuda. Yang kemudian bekerjasama dengan Australia termasuk melatih joki, pada akhirnya pacuan kuda di Jakarta lebih bagus daripada yang ada di Jepang. Menonton pacuan kuda pun peraturan pun ditetapkan, yang nonton harus pakai sepatu, jas dan dasi sesuai standar pacuan kuda Internasional.
Bang Ali terkenal temperamental. Suatu waktu ketika beliau melihat supir truk ugal ugalan di Jalan. Beliau langsung menghentikan truk itu, lalu menempeleng supirnya. Bahkan tokoh sekelas Buya H.A.M.K.A. pun dipersilahkan naik helicopter oleh Bang Ali, yang membalas sindiran Buya karena jalan-jalan di Jakarta dibangun dengan judi. Ketika membangun sebuah proyek beliau mendapat laporan bahwa pasokan semen terganggu karena pemasoknya nakal, lalu beliau memanggil direktur pemasok semen. Setelah dipanggil berkali-kali tidak muncul baru panggilan ketiga sang direktur muncul. Ketika memberikan jawaban yang berbelit-belit saat ditanya, maka ‘Plaakk“ tamparan dari Bang Ali mendarat. Imbasnya, pasokan semen lancar sesuatu dengan kontrak.
Bang Ali juga sangat perhatian pada olahraga. Pada 3 tahun pertama, beliau membangun 50 lapangan terbuka, 70 lapangan tenis, 4 kolam renang besar, 25 lapangan basket ,12 gelanggang olahraga. Bang Ali juga membuat kompleks pendidikan olahraga SMP/SMA di Ragunan. Untuk generasi muda, Bang Ali mempunyai program yang memadukan pendidikan, kebudayaan dan olahraga. Dibentuklah karang Taruna di setiap kelurahan dan RW yang kelak diberlakukan secara nasional. Bang Ali membangun gelanggang remaja di lima wilayah kota dan balai rakyat di setiap kecamatan. Selain itu Bang Ali juga membangun Gelanggang Olahraga Mahasiswa yang diberi nama Soemantri Brojonegoro di daerah Kuningan Walau dicurigai Pemerintah Pusat sebagai akal Ali Sadikin untuk mengambil hati mahasiswa, namun toh pemerintah pusat menyumbang seperlima dari total biaya.
Bang Ali adalah satu-satunya Gubernur yang paling peduli dengan film nasional. Menurutnya film telah menjadi kebutuhan masyarakat. Pemda DKI membangun pusat perfilman di Kuningan. Termasuk Sinematek untuk mendokumentasikan arsip film. Waktu diresmikan Sinematek yang pertama di Asia. Bahkan waktu itu Hongkong dan Jepang belum ada. Pada akhir masa jabatannya telah ada 130 gedung bioskop, bandingkan saat awal masa jabatannya yang hanya ada 47 bioskop. Bang Ali mewajibkan semua bioskop untuk memutar film nasional, bahkan setiap film yang baru release, akan dipromosikan di balai kota. Hebatnya….. Pajak yang diambil dari film, dikembalikan ke film. Salah satunya adalah mendirikan pusat perfilman di Kuningan.
Soal film ini unik, Bang Ali pernah juga kesal dengan BSF ( Badan Sensor Film ). Bang Ali berkata,
“Saya jengkel, BSF bekerja terlalu kampungan, yang dipakai BSF adalah norma yang cocok untuk Probolinggo, Cibinong dan tidak sesuai dengan Jakarta sebagai kota Intermasional “,
Bang Ali berpendapat bahwa pemotongan film jangan terlalu banyak.
“Kalau takut porno, diam di rumah saja , jangan nonton film, kalau banyak yg dipotong, maka penonton rugi dan bioskop rugi. Saya juga rugi karena pajak juga berkurang. “, Kata Bang Ali jengkel.
Bang Ali pernah meminta agar Pemda DKI masuk dalam struktur badan sensor. Tapi sayangnya permintaan itu ditolak.
Bang Ali juga berjasa dalam pengembangan kebudayaan dan seni. Bang Ali mendirikan Taman Ismail Marzuki 10 Nov ember 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya. Baginya kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita-cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana Induk 20 tahun kedepan. Bang Ali juga mengatakan. Sebuah kota dinilai kebudayaannya dari melihat jumlah museum yang dimiliki. Bang Ali sering ke TIM dadakan. Ia senang bergaul dengan seniman. Dari para seniman beliau memperoleh inspirasi ide kreatif membangun Jakarta. Karena dorongan seniman pula, Bang Ali kemudian mendirikan LPKJ yang menjadi cikal bakal IKJ, ide bang Ali seniman yang lulus dari LPKJ mengisi ruang kreatif melalui gelanggang-gelanggang remaja di tiap kotamadya.
Salah satu usaha mencapai keadilan sosial adalah menciptakan kesempatan setiap warga memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang layak. Sampai akhir masa jabatan Bang Ali, sudah ada 243 Puskesmas. Disetiap kelurahan harus ada Puskesmas, 2 – 3 Puskesmas dengan masing masing 2 dokter. Beliau juga mendorong Pemda DKI membantu RS swasta dan Pemerintah, guna menutupi kekurangan peralatan serta subisidi bagi yang tidak mampu. Dan Bang Ali menentukan tariff kesehatan, dimulai dari Kelas satu, Kelas Dua, Kelas tiga, -kelas umum, lalu pegawai negeri dan pensiunan. Kelas empat. Gratis !. Pemda DKI juga melakukan proyek Home Nursing. Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pengobatan atau vaksinasi setiap minggu. Home Nursing bikin kesadaran kesehatan diri sendiri / lingkungan. Sampai akhir masa jabatan, telah dididik 700 kader kesehatan. Di akhirnya masa jabatan Bang Ali, Pemda DKI juga mempunyai 17 team medis keliling dengan mobil yang masing masing bergerak 4 kali seminggu ke seluruh daerah kota Jakarta. Kerja tim medis mobile ini termasuk pelayanan KB. Ini untuk mengantisipasi kelurahan yang belum memiliki Puskesmas.
Untuk kesehatan murid sekolah. Bekerja sama dengan Puskesmas, dibentuk team kesehatan sekolah yang termasuk menangani kesehatan gigi. Bahkan untuk murid-murid yang kesehatannya terganggau atau kekurangan gizi. Pemda DKI membangun tempat peristirahatan di Cimacan, Cipanas.
Masih soal warisan Bang Ali di bidang kesehatan. Beliau mendirikan Perhimpunan Donor Darah Jakarta untuk menutupi kekurangan pasokan darah untuk PMI. Ini dilakukan setelah Prof Satrio , Ketua PMI datang padanya dan mengeluh bahwa bantuan dari Pemerintah Pusat tidak kunjung tiba. Alasan Pemerintah karena waktu itu PMI bukan bagian dari Departemen Kesehatan. Hanya semacam badan sosial. Akhirnya Bang Ali membuat kesepakatan dengan polisi, yang membuat SIM harus menyumbang darah, kecuali mereka membawa surat keterangan dokter yang menyatakan tidak bisa mendonorkan darah. Beliau juga mewajibkan pegawai Pemda, institusi pendidikan, universitas sampai kedutaan menjadi donor. Atas inisiatif itu, akhirnya PMI punya stok darah yang banyak. Dan siapakah pendiri PMR (Palang Merah Remaja)?, tak banyak orang tahu sejak tahun 1970 Bang Ali membentuk PMR di SMP dan SMA untuk meningkatkan kesadaran remaja terhadap kesehatan.
Saat 10 tahun Bang Ali menjadi Gubernur. Beliau meminta Presiden Soeharto meresmikan Balaikota yg bertingkat 23. Bang Ali teringat pesan Bung Karno, supaya jangan membangun gedung yang lebih tinggi di sekitar Monas. Bang Ali juga selalu teringat mimpi Bung Karno yang berkhayal air mancur di tengah kota, hotel hotel megah, tempat rekreasi, museum dan galeri kesenian.
Bang Ali selalu menyebut mimpi-mimpi Bung Karno ketika meresmikan pasar Senen, Taman Ancol sampai Hotel hotel berbintang. Tentang Ancol Bang Ali mengatakan bahwa Ancol adalah ide Bung Karno, yang memintanya untuk mengubah daerah rawa dan jin buang anak di utara Jakarta itu menjadi tempat wisata.
Ada cerita mengharukan ketika Bang Ali mengetahui, bahwa proklamator Bung Hatta tidak sanggup membayar tagihan listrik dan air. Beliau mengangkat Bung Hatta sebagai warga kehormatan, yang dibebaskan dari tagihan air dan listrik.
Bang Ali juga membangun kawasan otorita, seperti Kuningan, Pulomas, Pondok Pinang, Sunter, Proyek Senen, Cempaka putih. Membuat kawasan perdagangan menjadi lebih teratur, dan berhasil di masa kepemimpinannya.
Bang Ali juga yang memprakarsai pemilihan ‘Puteri Indonesia’. Bang Ali memanggil Wim Tomasoa untuk membuat kontes puteri Indonesia. Wim Tomasoa dibantu oleh Adji Damais bekerjasama mewujudkan kontes tersebut. Kemudian ada Ratu Pariwisata, Ratu Jakarta, dan semua belum afdol dan sah kalau belum dapat sun dari Bang Ali selaku Gubernur Jakarta. Jangan lupakan kontes Abang None.
Bang Ali juga membangun convension hall pertama di Jakarta. Waktu itu untuk menyambut PATA Conference 1974. Karena Pemda tidak punya dana, maka Bang Ali meminta bantuan dari Ibnu Sutowo Pertamina. Pemda menyediakan tanah di pojokan Senayan (sekarang JICC).
Sejak 1968, Bang Ali selalu membuat perayaan HUT Jakarta secara rutin. Beliau terinspirasi oleh Carnaval di Rio de Janeiro, Brazil. Bang Ali mengatakan alasannya, “ Biar rakyat kecil terhibur, mereka tidak bisa bersenang senang di Night Club. Mereka harus ada hiburan “, dan setiap ulang tahun Jakarta, jalanan Thamrin ditutup sampai Monas. Semua warga Jakarta tumpah berbaur disana. Ini yang menjadi cikal bakal dari PRJ atau Pekan Raya Jakarta. Dan Bang Ali juga mempunyai kebiasaan, pada malam 21 ke 22 Juni tepat pukul 24.00, Bang Ali bersama istri muncul di panggung, kemudian berteriak ’ Hidup Jakarta’. Perayaan Ulang tahun Jakarta memang diperuntukkan untuk rakyat, Bang Ali ingin menghibur rakyat yang tinggal di perkampungan. Menarik mereka keluar rumah menghirup udara segar dan bergembira. Kegembiraan Bang Ali salah satunya adalah jika melihat ada warga yang gelar tikar sambil makan kacang di pinggiran taman Jalan Thamrin. Rakyat memang terhibur di jaman Ali Sadikin, bukan hanya mengembangkan Ancol dan membuat even PRJ, beliau juga menginstruksikan pembangunan Taman Ria Remaja, dan Kebun Binatang, selain taman kota dan ruang terbuka hijau lainnya.
Di Jaman Bang Ali, remaja juga sangat dihormati. Di era beliau, ada Youth Hotel yang dibangun di Kuningan, Ancol dan Ragunan yang tujuannya untuk menampung wisatawan remaja. Soal remaja ini unik, Bang Ali selalu mewanti-wanti kepada petugas, jangan mengganggu remaja remaja yang pacaran.
“ Jangan ganggu mereka, kalau hanya sampai berpelukan. Biarkan mereka “, pesannya.
11 tahun Bang Ali menjadi gubernur, pada saat perpisahannya beliau mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Bang Ali ditangisi oleh warga Jakarta dan menjadi bukti bahwa ia sangat dicintai rakyat. Oleh IAIN Bang Ali dianugerahi gelar Al Bani yang artinya Bapak pembangunan ibukota. Bang Ali membantu pembangunan gedung, perpustakaan dan asrama IAIN. Tak hanya itu, Ketika awal menjabat jumlah Mesjid di Jakarta 600, dan tahun 1977 sudah menjadi 1070, Jumlah mushola jumlahnya 3500, telah menjadi 4500. Dan sebagai Gubernur yang melegalisasi judi, pada saat perpisahannya Bang Ali mendapat penghargaan lencana emas dari ketua MUI Jakarta. Sardono W Kusumo tak ketinggalan membuat pagelaran “ Yellow Submarine “ yang bercerita tentang Bang Ali yang membangun tempat‘ remang remang‘ tapi juga tempat indah. Bang Ali tersenyum kemudian berbisik,
“ Sardono tidak bohong, saya memang harus melayani semua pihak “.
Mahasiswa UI ramai ramai membuat kaos “Bang Ali you are the best“ dan memakainya saat mengundang Bang Ali datang ke kampus UI. Orkes remaja dan musisi mengadakan pagelaran perpisahan. PSSI buat perpisahan dg pertandingan Persija melawan Persebaya. Bang Ali juga diundang menghadiri pimpinan gereja di Jakarta, yang membuat doa syukur karena keberhasilan memimpin Jakarta. Saat perpisahan resmi dengan pegawai pemda, acara itu dihadiri 15 ribu orang di Istora Senayan, sehingga banyak yg duduk bersila dilantai. Hari perpisahan di Balai kota lebih dipenuhi warga, ada pemuda membawa gitar, minta ijin bernyanyi di depan Bang Ali, ada yang membaca sajak, ada wartawati yang memberi ciuman di pipi, ada mahasiswa yang memberi lukisan, ada ibu datang dari Jogja membawa gudeg, sebagai rasa terima kasih, karena anaknya yang merantau ke Jakarta bisa hidup di kota besar.
Bang Ali diarak dengan sado dari Mesjid Al Azhar ke gedung Walikota Jaksel. Rakyat berebut menyalami. Tak terasa air mata Bang Ali basah……
Dan selesailah tugas Bang Ali sebagai Gubermur selama 11 tahun. Dan yang Bang Ali ingat adalah ucapan Bung Karno yang melantikanya,
 Dit heft Ali Sadikin Gedaan “ . Ini yg dilakukan Ali Sadikin. Ia menuntaskan membangun Jakarta sejajar dengan kota-kota besar lain di dunia.
Bang Ali telah meninggalkan warisan kepada warga Jakarta, yang tidak bisa dilakukan oleh Gubernur gubernur selanjutnya.
Beliau wafat di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 80 tahun, dimakamkan di TPU tanah Kusir satu tumpang dengan makam almarhum istrinya Nani Sadikin yang biasa dipanggil Mpok Nani.
Bang Ali pantas dikenang, dengan legacynya dan apa yang pernah dilakukannya. Yang pasti, Bang Ali anti KKN. Ada cerita ketika beliau menjadi Menko jaman Bung Karno, suatu hari beliau dipanggil dan Bung Karno minta bantuan untuk sebuah proyek. Yang ternyata proyek milik mertua Bung Karno. Dan beliau pernah menolak membantu karena masalah perijinan. Ketegasan, visi, dan kepemimpinan seperti Bang Ali ini langka. Dan tidak hanya Jakarta yang merindukannya, tapi juga Indonesia.


"HIDUP BANG ALI"

Rabu, 11 Juli 2012

Daftar Singkatan Dalam Bahasa Inggris

Daftar Singkatan Buat Chatting, Email

 
Kalau kita sedang ngobrol online alias chatting, email, atau lihat komentar di blog/forum, atau juga sms-an, pasti kita sering lihat kata-kata singkatan. Misalnya “BTW” yang artinya/kepanjangannya by the way (ngomong-ngomong), atau “THX” artinya thanks (terima kasih), atau “LOL” yang artinya laugh out loud (ketawa ngakak/terbahak-bahak), dan masih banyak lagi.

Untuk mengerti lebih banyak singkatan-singkatan yang sering dipakai di obrolan online terutama yang dipakai orang barat, ini ada daftar singkatan. Semuanya bahasa Inggris sih, terjemahkan sendiri aja ya, hehehe… Kalo yang bahasa Indonesia, nanti saya posting lagi kapan-kapan :)
Daftar Singkatan

SINGKATANARTI/KEPANJANGAN
A
ADNAny day now
AFAIKAs far as I know
AFKAway from keyboard
AREAcronym-rich environment
A/S/L?Age/sex/location?
B
B4NBye for now
BAKBack at the keyboard
BBIABBe back in a bit
BBLBe back later
BEGBig evil grin
BFDBig f***ing deal
BFNBye for now
BGBig grin
BIOYIOPBlow it out your I/O port
BLBelly laughing
BOTECBack-of-the- envelope calculation
BRBBe right back
BTABut then again…
BTWBy the way
BWLBurst With Laughter
BWTHDIKBut what the heck do I know…?
C
CUSee you
CULSee you later
CUL8ERSee you later
CYACover your ass
CYOSee you online
D
DBADoing business as
DFLADisenhanced four-letter acronym (that is, a TLA)
DLDead link
DIKUDo I know you?
DITYIDDid I tell you I’m distressed?
DQMOTDon’t quote me on this
E
EGEvil grin
EMFBIExcuse me for butting in
EOMEnd of message
EOTEnd of thread (meaning: end of discussion)
ETLAExtended three-letter acronym (that is, an FLA)
F
F2FFace to face
FAQFrequently-ask question(s)
FISHFirst in, still here
FLAFour-letter acronym
FMTYEWTKFar more than you ever wanted to know
FOMCLFalling off my chair laughing
FUBARF***ed up beyond all repair or recognition
FUDFear, Uncertainty, and Doubt
FWIWFor what it’s worth
FYIFor your information
G
GGrin
G2GGot to go
GAGo ahead
GALGet a life
GD&RGrinning, ducking, and running
GIWISTGee, I wish I’d said that
GMTAGreat minds think alike
GOLGiggling out loud
GTRMGoing to read mail
H
HTHHope this helps
I
IACIn any case
IANALI am not a lawyer (but)
ICI see
IDKI don’t know
IHAI hate acronyms
IIRCIf I recall/remember/ recollect correctly
ILU or ILYI love you
IMImmediate/Instant message
IMHOIn my humble opinion
IMingChatting with someone online usually while doing other things such as playing trivia or other interactive game
IMNSHOIn my not so humble opinion
IMOIn my opinion
IOWIn other words
IPNI’m posting naked
IRLIn real life
IYSWIMIf you see what I mean
J
JBODJust a bunch of disks (like redundant array of independent disks, etc.)
JICJust in case
JKJust kidding
K
KOTCKiss on the cheek
KWIM?Know what I mean?
L
L8RLater
LDLater, dude
LDRLong-distance relationship
LLTALots and lots of thunderous applause
LMAOLaugh(ing) My Ass Off
LMLYGLet Me Let You Go
LOLLaugh(ing) Out Loud
LRFLittle Rubber Feet (the little pads on the bottom of displays and other equipment)
LTMLaugh to myself
LTRLong-term relationship
LULABLove you like a brother
LULASLove you like a sister
M
MorFMale or female
MOSSMember of the same sex
MOTOSMember of the opposite sex
MUSMMiss you so much
N
NMNot much
NFGNo f*****g good
NFWNo feasible way or no f*****g way
NIFOCNaked in front of computer
NP or N/PNo problem
NRNNo response necessary
O
OICOh, I see
OLLOnline love
OTFOff the floor
OTOHOn the other hand
OTTOMHOff the top of my head
P
PANSPretty awesome new stuff (as opposed to “POTS”)
PCMCIAPeople can’t master computer industry acronyms
PDAPublic display of affection
PEBCAKProblem exists between chair and keyboard
PIBKACProblem is between keyboard and chair
PITAPain in the ass
PMFJIBPardon me for jumping in but…
::POOF::Goodbye (leaving the room)
POSParent over shoulder (change the topic)
POTSPlain old telephone service
PUThat stinks!
R
RLReal life (that is, when not chatting)
RORRaffing out roud (Engrish for “laughing out loud”)
ROTFLRolling on the floor laughing
ROTFLMAORolling on the floor laughing my a** off
ROTFLMAOWPIMPRolling on the floor laughing my a** off while peeing in my pants
ROTFLMBORolling on the floor laughing my butt off
RPGRole-playing games
RSNReal soon now
RTFMRead the f***ing manual
RYORoll your own (write your own program; derived from cigarettes rolled yourself with tobacco and paper)
S
S4LSpam for life (what you may get when you become someone’s customer or client)
SHCOONShoot hot coffee out of nose
SEGS***-eating grin
SFSurfer-friendly (low-graphics Web site)
SNAFUSituation normal, all f***ed up
SOSignificant other
SOHFSense of humor failure
SOLSmilling out loud or sh*t out of luck
SOMYSick of me yet?
STFWSearch the f*****g Web
STWSearch the Web
SWAGStupid wild-a** guess
T
TAFNThat’s all for now
TANSTAAFLThere ain’t no such thing as a free lunch
TFHThread from hell (a discussion that just won’t die and is often irrelevant to the purpose of the forum or group)
TGIFThank God it’s Friday
THXThanks
TIAThanks in advance (used if you post a question and are expecting a helpful reply)
TLAThree-letter acronym
TLK2UL8RTalk to you later
TMIToo much information
TOPCATil our paths cross again (early Celtic chat term)
TPTBThe powers that be
TTFNTa-Ta for now
TTTThought that, too (when someone types in what you were about to type)
TTYLTalk to you later
TUThank you
U
UAPITAYou’re a pain in the ass
UWYou’re welcome
V
VBGVery big grin
VBSEGVery big s***-eating grin
W
WDALYICWho died and left you in charge?
WFMWorks for me
WIBNIWouldn’t it be nice if
WRTWith respect to
WT?What/who the ?
WTFOWhat the F***! Over!
WTGWay to go!
WTGP?Want to go private?
WU?What’s up?
WUF?Where are you from?
WYSIWYGWhat you see is what you get
Y
YGBSMYou gotta be s***tin’ me!
YMMVYour mileage may vary.

sumber : http://inimu.com/komputer/2009/09/29/daftar-singkatan-buat-chatting-email-dll/

Selasa, 10 Juli 2012

Sang Perantau

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, 'kan keruh menggenang.

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

Imam Syafi'i dalam Novel Negeri 5 Menara


Aku suka sekali untaian kata-kata ini, bukan saja bijak tapi aku bahkan sudah membuktikannya sendiri. Dari Imam Syafi'i: merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan, berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Indahnya masa-masa saat berada diperantauan, bertemu dengan para kawan yang selayak saudara. Dan sampai sekarang masih kurasakan manisnya kebersamaan kala berjuang bersama di tanah rantau.
 
Sebuah Memoar, Episode sebagai Perantau

Tidak setiap melewati jalan Inderalaya-Kayu Agung aku teringat masa-masa itu, masa ketika kost di Inderalaya sebagai perantau. Mendengar kata perantau, apa yg ada dibenak kita? Mandiri? Ehmm, tentunya…Penuh cerita? So, pasti lah..Tapi bukan perantaupun bisa mandiri dan menoreh banyak cerita. Satu hal yang lekat pada diri perantau adalah prihatin.
Setuju? Dan itulah yang memenuhi segenap memoriku hari ini, ketika melewati kantor Telkom Inderalaya di jalan lintas Kayu Agung-Palembang.

Tahun 1996, ternyata sudah hampir 14 tahun berlalu, Inderalaya masih kota kecamatan *sekarang sudah jadi kota kabupaten, Ogan Ilir namanya dan Inderalaya adalah Ibukota Kabupatennya. Sebuah Kabupaten di Sumatra Selatan tempat Helmi Yahya ikut pencalonan Bupati di PILKADA periode lalu (Presenter kondang yg suka keluar masuk TV itu, kenalkan? Kalau aku sich tahu,tapi nggak kenal kok, diakan nggak tahu aku, hehe...)
Zaman itu belum ada Hp-hpan, adanya Wartel, itupun masih sangat terbatas. Padahal sebagai perantau kami jelas sangat membutuhkan sarana yang bisa kami gunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua juga keluarga lainnya, entah itu hanya sekedar memberi dan menanyakan khabar atau bahkan laporan keuangan bulan lalu, lengkap dengan rencana anggaran bulan ini untuk pertimbangan pengiriman dana, via transfer atau wesel. Semoga tidak dianggap komunikasi perantau ini UUD ya..*ujung-ujungnya duit, hikkksszzs

Balik ke kantor Telkom Inderalaya, kami sering mengunjunginya *cak nak ke rumah dulur bae (bahasa palembang, yang artinya seperti mau berkunjung kerumah saudara saja) maksudnya mendatanginya sambil lari pagi, mengejar tenggang waktu diskon Telkomsel yang berlaku sampai jam 06.00 WIB. Kami biasanya keluar rumah jam 05.15 atau bahkan sesaat setelah sholat subuh, tujuannya agar bisa menikmati diskon tarif itu tadi,
karena tak jarang sudah banyak juga kawan-kawan sesama perantau yang antri dari berbagai penjuru dunia ee..Inderalaya. 

Kini akan kukatakan darimana kami berjalan sepagi itu, ya dari kost kami tentunya, di Kompleks Serumpun Indah. Melewati jalan-jalan setapak, kebun dan pekarangan rumah warga, kami berderap memburu limit waktu diskon. Yang tahu Inderalaya pasti mesem-mesem, hemmm…jauh juga. Bagi yang tak tahu dan belum bisa membayangkan adalah sekitar 3 Km, pulang pergi. Tapi jangan samakan dengan Inderalaya yang sekarang ya…yang sudah jauh lebih ramai. Kalau ada yang bertanya mengapa mesti kost di Serumpun, bukankah banyak kost-kostan yang lebih dekat dengan Kampus UNSRI? Betul. Lebih elite dan dipinggir jalan, tak seperti Serumpun yang harus masuk ke dalam dan melewati rimbun kebun-kebun rambutan. Mungkin semua punya pertimbangan beda-beda, tapi buatku disamping banyak alasan lain juga, prihatin adalah sebagai salah satu alasannya,sewanya kan jauh lebih murah.

Adalah kami anak-anak Serumpun Indah yang sering jalan pagi-pagi ke kantor Telkom itu Mbak Dy asal Bangka, Teteh Ros asal Sukabumi, Mbak Wita asal Metro, Lampung. Aku dan ketiganya tinggal seatap saat masih diserumpun Indah. Banyak sukaduka yang kami lalui bersama bahkan kami pernah punya kebun singkong dibelakang rumah kost-an kami.
Sayangnya sudah lama aku hilang kontak dengan Mbak Dy,  diantara sekian banyak nama yang nanti disebutkan, beliau inilah yang ingin sekali kujumpai. Teteh Ros,sekarang juga tinggal di Palembang menikah dengan Kakak tingkat yang sekarang Dokter Spesialis Mata. Sudah punya 3 orang anak, sesekali kami suka bertemu saat lebaran atau moment lain. sekarang Teh Rospun sedang mengambil sekolah untuk jadi SpPD. Semangat ya Teh...
Sedangkan Mbak Wita sekarang PNS di Tulang Bawang Lampung, menukah dengan seorang guru SMA dengan 3 anak. Saat sedang merintis karir untuk jadi kepala dinas. Semoga berhasil.

Khusus bareng Mb Dy dan Teteh, kami melanjutkan lagi kost bareng di depan RSMH pada masa-masa coass. Walau kebersamaan yang sudah sedikit berbeda karena masa ini kami sibuk sendiri-sendiri, ada yang sampai nggak bisa pulang berminggu-minggu karena lagi jaga di OBGIN, bergantian anter mengater cucian dan baju bersih,  Ied Fitri-Adha sering di RS, jadwal jaga. Sungguh terasa sedihnya sebagai perantau kalau sudah dengar kumandang takbir tapi kita jauh dari orangtua dan keluarga ( jadi inget cuplikan nasyid…gema takbir di Hari Raya, kuteringat kampung halaman, keluarga, sanak saudara…)
Hilang sudah suasana namem singkong seperti di Serumpun dulu, acara masak bareng jadi langka, yang juga hilang adalah jalan pagi bareng menuju Telkom untuk interlokal :)
Karena di Kost kami yg di depan RSMH kala itu banyak Wartel yang dekat makanya nggak perlu antri. Kami bahkan punya telfon rumah paralel dengan wong pucuk (lantai atas), inget nggak siapa mereka. Yuk Sus and sisters, maaf bila dering telfon untuk wong bawah (lantai bawah) sering mengganggu ketentraman ya Yuk...
Siapa ya yang paling sering dapat telfon malam-malam dulu, rang ring melulu, berisik euy...
Wow berarti kost mewah dong, 2 lantaikan bukan jaminan, siapa yang pernah mampir ke kost kami tentu mengerti maksudnya, rumah semipermanen, apapun kami sangat lah bersyukur, yang penting biaya sewa tetap lebih miring.

Ke Serumpun Indah lagi, tetangga terdekat kami yang juga sering bareng lari pagi ke Kantor Telkom, 3 dara, dan mereka adalahUni Delvi asal Batam, gadis minang yang supel dan ramah ini menikah tahun lalu sayangnya kami tak bisa hadir menyaksikan moment bahagia ini di Batam.  Maaf ya Uni, kami sekeluarga nggak bisa hadiri undanganmu, bisa lihat foto-fotonya difb saja sudah senang, salam kenal untuk Uda Heri dari kami sekeluarga. Kalau maen ke Palembang mampir ya…
Selanjutnya Mbak Vie asal Lahat. Rapi dan nyeni, sangat dewasa.Semoga dirimu masih ingat kami karena aku juga hilang kontak dengan beliau. 
Satunya lagi Cak Yeni asal Bandar Lampung, PNS di Bangka, menikah dengan orang Timah Bangka * aku dan Mbak Wit datang ke Bandar Lampung saat resepsinya dulu, sekarang tugas belajar di RSMH, calon SpPD euy…seniornya The Ros.Setahun yang lalu melahirkan anak ke 3 lewat SC dan sejak itu kita belum lagi bertemu.
Tetangga dekat lainnya, tinggal di Kost samping rumah jarak 2 rumah adalah seorang kawan seangkatan, arek-arek Suroboyo asli yang pernah melewati masa kecil di Manokwari. Sulung dari 3 bersaudara. Fey, panggilan populermu. Multitalent julukan yg pas untukmu. Kezuhudanmu sering membuatku malu. Kita melanjutkan kebersamaan dengan kost bersama di Mutiara Indah dan kembali bersama saat di depan RSMH. Bersuamikan seorang dokter sealmamater, kakak tingkat '95. Sekang PNS tugas di Poliklinik Kementrian Pertanian bersama suami dan 2 anak menetap di Bogor, liburan 2 tahun lalu kami sekeluarga pernah mampir dan menginap, dirimu sedang hamil anak ke 2, tinggal menunggu hari, tapi antusiasmu menjamu kami membuatku terharu. Buatku suami istri ini adalah saudara seperjuangan yang membanggakan.

Masih tentang keberadaan kami di Serumpun Indah. Tersebutlah sepasang suami istri yang tinggal di pojokan kompleknya, dekat simpang jalan setapak menuju Kantor Telkom, mereka yang sering kami curhati macam-macam tentang apasaja. Rapat ini-itu tentang strategi kampus sangat rajin kami lakukan dirumah mereka, Markas Komando, istilah yang tepat untuk rumah tersebut karena banyak kebijakan yang dilahirkan di sana. Mbak Eka (dosen FKIP UNSRI) dan suami, yang akrab kami sapa Babe. Saat tulisan ini kubuat, hampir setahun yang lalu aku berkesempatan datang ke kediaman suami istri yang tetap bersahaja ini, walau tak lagi di Serumpun Indah.
Tetangga di Serumpun yang walau jauh beda Blok tapi suka ngumpul dan jalan bareng adalah Mak Yanti. Entah kenapa Urang awak yg satu ini tidak kami sapa Uni, Mak Yanti kami menyapanya. Asal kota Prabumulih, paling dekat. Menikah dengan Sarjana Tekhnik UNSRI yang juga berasal dari Prabumulih, memang dipersiapkan untuk berkimprah di Kampung Halaman. Ibu 4 orang anak ini sekarang aktif dan berjaya di HPA, Herbalis handal. Sekarang punya klinik HPA, Thibdun Nabawi. Sucses ya Mak…bahkan sudah sampai ke Malaysia.

Adalagi, KIS '95 begitu biasa menulis inisial namanya. Sulung dari 3 bersaudara. Sangat ‘care’ dan bisa diandalkan. Tipe belajarmu unik, sebentar tapi bisa dapat banyak, benar-benar excellent. Mbak Ni, Nia begitu kebanyakan teman memanggilmu. Aku memanggilmu Lia, ikutan tante-tantemu yang kukenal. Sekarang tinggal dan PNS di Bogor. Dua tahun lalu juga kita diperkenankan Allah bertemu, saat itulah aku tahu Allah mempertemukanmu dengan leleki sesuai do’amu, sosok yang sangat dewasa dan punya cita-cita tak biasa. Allah memberimu sosok pendamping terbaik. Fathi dan Salsa, nama anak-anakmu. Menangis bahagia saat bertemumu kala itu, anak-anak kamipun langsung bisa akrab, seolah tahu kedekatan kami.
Masih belum habis, seorang adik tingkat yang juga vokalis Nasyid Mentari, tokoh UKM Teather bareng Fey. Eva namanya, menikah dengan dokter asal Aceh. Menetap di Aceh. Tsunami kala itu membuatku ketar ketir mencari khabar ttentangnya. Alhamdulillah kalian sekelurga selamat, kini bersama seorang anak dan suami tinggal di Malang, PPDS THT, setia menampingi suami yang juga lagi mengambil SpB. Sepasang suami istri Dokter Spesialis, aset kebaikan dimassa depan. Keep Istiqomah...

Yang ini bukan Warga Serumpun,tapi kami sering bersama, dekat bagai saudara. ESF ini inisial yang populer untukmu, beda fakultas, dirimu MIFA '97, awal interaksi tepatnya lupa. Kami memanggilnya Dedek,  kebersamaan kita sering bergulir di Kampus. Teringat saat-saat semangat ingin ikut acara FSLDK tapi belum bisa. Namun kita tetap bertekad untuk saling berkoordinasi. Waktupun bergulir, perubahan adalah keniscayaan, dan saat mulai merambah area yang lebih luas kita makin dekat.  Makin seru ketika akhirnya kita diamanahkan untuk ikut Pilpres UNSRI.  Rapat-rapat Tim Sucses yang begitu minim perempuan, ada kita disana. Kenangan yang membekas dalam. Seiring moment itu UNSRI rampung berbenah, kita punya wadah ditingkat Universitas, NADWAH namanya. Pertemuan-pertemuan FSLDK bukan masalah untuk dihadiri, UNSRI bahkan sudah pernah jadi tuan rumah acara-acaranya. Dirimu melanjutkan perjuangan di Konsorsium Muslimah saat kutinggalkan ber-coass, dan dirimulah yang sempat kenyang berkecimpung mengelola cikal bakal NADWAH. Kost kami didepan RSMH masih kerap kau hampiri untuk sekedar ”ngobrol sehat” tentang perkembangan Kampus Indralaya. Syukurku saat mendengar tak terkira banyak kemajuan di UNSRI tercinta.  Kini dirimu tinggal di Jakarta, bersuamikan jenderal bintang lima ee…*sengaja ngetes selera humor, dokter yang adik tingkatku’97, sekarang sedang PPDS Akupunktur di UI dengan 2 anak, Fityan dan Kifah. Sepasang suami istri yang luar biasa, selamanya kalian saudara bagi jiwa. Tahun lalu aku pernah menginap dirumah mereka. Saat pelatihan petugas haji di Cilandak sekitar Juni 2010. Di dunia blogging kami akhirnya baru berjumpa lagi.

Sebenarnya masih  banyak lagi nama-nama sahabat diperantauan yang begitu dekat, mewarnai hari-hariku, tapi maaf bila belum kusebutkan disini. Ini baru sesama perantau, di area kost-kostan.

Dan kini, sudah lebih  10 tahun berlalu. Wartel sudah tak lagi ditemukan, hampir semua mahasiswa punya handpone. Memang yang merantau tetap ada tapi kalaupun minta tambah kiriman tinggal transfer lewat ATM atau sms banking . Mudah bukan? Ach....beda zaman memang beda tantangan. Tapi bila kita pandai memaknainya, kan kita dapat sepakat bahwa Semua Indah pada Masanya”

***

Mengenang para sahabat yang pernah dekat, walau jarang berkirim surat, semoga semua sehat. Sehat semua.  Ya jiwa, akal, fisik dan juga kantong :)
Sahabat bila suatu saat teringat akan diriku, mohon maafkan semua salahku dan do’akan aku.
Betapa ingin kau tahu, dihatiku, selamanya kalian sahabat dalam kebaikan, aku mencintai kalian semua hanya karena Allah saja. Sampai kapanpun, sampai Allah temukan kita di Syurga-Nya.
Jujur, tak setiap do'a rabithah kalian hadir membayang. Tapi kali ini, sengaja kutujukan untuk kalian, Ya Allah...Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu. Amin ya rabbal alamin.

Untuk semua perantau tangguh sepanjang zaman semoga selalu mendapat barokah. Sesungguhnya kita semua adalah ”perantau” di dunia ini, akhiratlah kampung halaman yang sesungguhnya.